Rabu, 09 April 2014

Laser Masa Depan Bisa Mengalihkan Sambaran Petir



Terobosan yang dilakukan adalah menempatkan sinar laser primer berintensitas tinggi di dalam laser kedua yang intensitasnya lebih rendah




Para peneliti dari University of Arizona dan University of Central Florida, Amerika Serikat mengembangkan teknologi yang mampu mengirimkan sinar laser berintensitas tinggi ke atmosfer, lebih jauh dari jarak yang sebelumnya dimungkinkan.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Photonics tersebut memang masih dalam fase uji laboratorium, namun ke depan, ia dapat digunakan untuk memandu listrik buangan seperti petir, agar tidak menyambar gedung.

Saat ini, laser intensitas tinggi yang diproduksi dengan teknologi modern sirna dalam jarak beberapa inci saja karena terurai. Artinya, laser itu terlalu pendek untuk digunakan pada aplikasi seperti pengalih petir.

Terobosan yang dilakukan oleh peneliti adalah menempatkan sinar laser primer berintensitas tinggi di dalam sinar laser kedua yang intensitasnya lebih rendah. Saat sinar laser primer menjelajah di udara, sinar kedua - yang disebut dengan dress beam - memasok energi dan membuat sinar laser primer mampu mencapai jarak yang lebih jauh.

"Kami menggunakan dua jenis sinar yang berbeda. Satu sinar laser fokus berintensitas tinggi yang membuat filamen, dan satu lagi laser yang membungkusnya. Sinar laser kedua ini mampu memiliki jarak yang lebih jauh dan memiliki intensitas konstan," sebut Maik Scheller, peneliti asal University of Arizona.

Serupa dengan prinsip headphone berfitur noise-cancelling, hilangnya energi pada sinar laser primer dapat ditutup oleh pasokan energi dari sinar laser pembungkus. Pada ujicoba di lab, tim peneliti mampu memperpanjang jarak maksimal filamen laser, yang asalnya hanya 10 inci menjadi 84 inci.

Simulasi yang dilakukan oleh Matthew Mills di University of Central Florida menunjukkan bahwa dengan menyesuaikan skala teknologi laser itu terhadap proporsi atmosfer, jarak filamen laser bisa mencapai 50 meter atau lebih.

Saat filamen bergerak di udara, mereka akan meninggalkan sebuah kanal plasma, yakni molekul terionisasi yang telah kehilangan elektronnya. Kanal plasma seperti ini bisa digunakan untuk jalur sambaran petir. Pada akhirnya, teknologi ini bisa dipakai untuk mengontrol sambaran petir saat badai terjadi dan mengarahkannya jauh-jauh dari gedung.





Sumber : tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar